NAMA : ELIN ELIANI
NPM : 22210333
KELAS : 4EB06
KONFERGENSI
IFRS DI INDONESIA
1 1.
PENDAHULUAN
Di
dalam akuntansi keuangan dikenal adanya standar yang harus dipatuhi dalam
pembuatan laporan keuangan. Standar tersebut diperlukan karena banyaknya
pengguna laporan keuangan. Jika tidak terdapat standar, perusahaan dapat saja
menyajikan laporan keuangan yang mereka miliki sesuai dengan kehendak mereka
sendiri. Hal ini tentunya akan menjadi masalah bagi para pengguna karena akan
menyulitkan untuk memahami laporan keuangan yang ada.
Setiap negara tentunya mempunyai
aturan akuntansi (standar) yang berbeda-beda. Perbedaan itu mencakup perlakuan,
metode, penyajian dan pelaporan. Perbedaan akuntansi tiap Negara akan
menyulitkan bagi para pengguna laporan
keuangan terutama bagi para analis, auditor, investor, dan kreditur yang
lingkup kerjanya melewati batas Negara. Ketika dunia bisnis dapat dikatakan
hampir tanpa batas Negara, sumber daya produksi (misalnya uang) yang dimiliki
oleh seorang investor di satu Negara tertentu dapat dipindahkan dengan mudah
dan cepat ke Negara lain misalnya melalui mekanisme bursa saham. Tentu saja
akan timbul suatu masalah ketika standar akuntansi yang dipakai di Negara
tersebut berbeda dengan standar akuntansi yang dipakai di Negara lain. Agar
pemahaman laporan keuangan menjadi lebih mudah, maka perlu ditetapkannya suatu
aturan atau standar yang seragam. Atas dasar hal tersebut muncullah isu
konvergensi. Dengan adanya konvergensi diharapkan dapat menjembatani persepsi
yang keliru dalam mengartikan laporan keuangan karena semua Negara aturannya
seragam dengan pemahaman yang sama. Jadi dengan konvergensi, diharapkan tidak
akan ada lagi persepsi yang salah dalam menginterpretasikan laporan keuangan.
2 2. PEMBAHASAN
Baskerville
(2010) dalam Utami, et al. (2012) mengungkapkan bahwa
konvergensi dapat berarti harmonisasi atau standarisasi, namun harmonisasi
dalam konteks akuntansi dipandang sebagai suatu proses meningkatkan kesesuaian
praktik akuntansi dengan menetapkan batas tingkat keberagaman. Jika dikaitkan
dengan IFRS maka konvergensi dapat diartikan sebagai proses menyesuaikan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terhadap IFRS.
PSAK (Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan) adalah standar yang digunakan untuk pelaporan keuangan di
Indonesia. PSAK digunakan sebagai pedoman akuntan dalam membuat laporan
keuangan. Sedangkan IFRS (International
Financial Reporting Standard) merupakan pedoman penyusunan laporan keuangan
yang diterima secara global/ internasional. Indonesia sebagai bagian dari
pertumbuhan ekonomi dunia telah merespon perubahan-perubahan sistem pelaporan
keuangan terkini dengan melakukan konvergensi IFRS ke dalam PSAK. Dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan tujuh manfaat sekaligus, yaitu:
1.
Meningkatkan
kualitas Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
2.
Mengurangi
biaya SAK.
3.
Meningkatkan
kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan.
4.
Meningkatkan
komparabilitas pelaporan keuangan.
5.
Meningkatkan
transparansi keuangan.
6.
Menurunkan
biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar modal.
7.
Meningkatkan
efisiensi penyusunan laporan keuangan.
Terdapat 3 tahapan dalam melakukan
konvergensi IFRS di Indonesia, yaitu:
- Tahap Adopsi (2008 – 2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi ke PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi terhadap PSAK yang berlaku.
- Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian terhadap persiapan infrastruktur yang diperlukan. Selanjutnya, dilakukan penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS.
- Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK IFRS secara bertahap. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap dampak penerapan PSAK secara komprehensif.
Implementasi IFRS dapat memberikan
dampak positif dan negatif dalam dunia bisnis dan jasa audit di Indonesia.
Berikut ini adalah berbagai dampak dalam penerapan IFRS :
- Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan akan lebih mudah dikomunikasikan ke investor global.
- Relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak menggunakan nilai wajar.
- Kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-harga fluktuatif.
- Smoothing income menjadi semakin sulit dengan penggunakan balance sheet approach dan fair value.
- Principle-based standards mungkin menyebabkan keterbandingan laporan keuangan sedikit menurun yakni bila penggunaan professional judgment ditumpangi dengan kepentingan untuk mengatur laba (earning management).
- Penggunaan off balance sheet semakin terbatas.
3 3.
KESIMPULAN
Indonesia memutuskan untuk berkiblat pada standar
pelaporan keuangan internasional atau IFRS. Konvergensi akuntansi Indonesia
(PSAK) ke IFRS sangat perlu didukung agar Indonesia mendapatkan pengakuan
maksimal. Pengakuan maksimal ini didapat dari komunitas internasional yang
sudah lama menganut standar ini.
Mengapa harus mengadopsi IFRS? Karena dengan
mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan manfaat dari meningkatnya
kredibilitas pasar modal Indonesia di mata investor global, meluasnya pasar
investasi lintas batas negara dan meningkatkan efisiensi alokasi modal.
Teknologi informasi yang berkembang pesat juga telah mengubah lingkungan
pelaporan keuangan. Kemajuan ini membawa antusiasme jutaan investor (bahkan
milyaran) ke lantai pasar modal di seluruh penjuru dunia, misalnya investor
dari America bisa dengan mudah berinvestasi di Eropa/ di Singapore/ bahkan di
Indonesia. Upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas IFRS akan melindungi
investor dalam negeri, karena dengan penerapan standar internasional akan
meningkatkan kepercayaan internasional untuk investasi di indonesia.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar